Teori Perkembangan pada Masa
Pra-Sekolah dan Fase Sekolah
Perkembangan adalah perubahan kearah kemajuan menuju
terwujudnya hakikat manusia yang bermartabat dan berkualitas. Perkembangan
memiliki sifat yang kompleks yakni terdiri dari berbagai aspek baik fisik
(jasmani) maupun psikis (psikologis), yang terjadi dalam beberapa tahap
(berkesinambungan).
Perkembangan individu memiliki beberapa prinsip yang
diantaranya yaitu never ending process ( perkembangan yang
berkelanjutan), semua aspek perkembangan saling bersinergi baik pada aspek
emosional, aspek agama, aspek sosial, dan aspek-aspek lainnya. Perkembangan
juga mengikuti pola atau arah tertentu kerena dalam perkembangan individu dapat
terjadi perubahan prilaku.
Perkembangan adalah proses yang tidak akan berhenti dan
setiap perkembangan memiliki tahapan-tahapan umum seperti tahap dikenangkan,
tahap kandungan, tahap bayi, tahap anak-anak, tahap remaja, tahap dewasa, serta
tahap lansia.
Sesuai dengan prinsipnya, Perkembangan berlangsung
secara berkesinambungan sejak saat pembuahan hingga kematian, tetapi ia terjadi
dalam berbagai kecepatan, terkadang cepat dan kadang-kadang secara perlahan.
Piechowski telah menekankan bahwa,” perkembangan tidak terjadi dengan kecepatan
yang sama”
Dalam pembahasan psikologi perkembangan ini, penulis
menyodorkan bahasan yang dikhususkan pada fokus pembahasan perkembangan masa
bayi dan masa anak-anak (pra-sekolah dan fase sekolah) . Dengan bahasan yang
sangat sederhana ini diharapkan dapat menambah pengetahuan kita serta dapat mengenal
pembelajaran psikologi perkembangan lebih mendalam.
1.
FASE BAYI DAN ASPEK PERKEMBANGANYA
Masa
orok merupakan masa parkembangan terpendek dalam kehidupan manusia. Dimulai
sejak lahir sampai usia dua minggu. Masa orok umumnya dibagi dalam dua masa, yakni
masa pertunate yang berlangsung selama 15-20 menit pertama sejak lahir
sampai tali pusatnya digunting, dan masa neonate, yaitu sejak
pengguntingan sampai watu dua minggu.
Masa
bayi dimulai sejak berakhirnya masa orok sampai akhir tahun kedua dari kehidupannya
(usia 2 minggu-2 tahun). Periode bayi telah dikenal semua orang sebagai suatu
masa yang khusus dan diberi nama khusus pula untuk membedakannya dari tahap
kehidupan selanjutnya. Prilaku dan kemampuan bayi sangat berbeda dari prilaku
anak yang lebih besar.
Masa
bayi ini sudah memiliki beberapa aspek perkembangan umum yang diantaranya
adalah;
1.
Perkembangan Fisik
Perkembangan
fisik bayi mempunyai karakteristik seperti berikut;
- Pada tahun pertama pertumbuhan fisik sangat cepat sedangkan pada tahun kedua sudah mulai mengendur.
- Pola perkembangan bayi laki-laki dan bayi perempuan sama.
- Tinggi badan secara proporsional lebih lambat dari pertumbuhan berat badan pada tahun pertama dan lebih cepat pada tahun kedua.
- Pertumbuhan otak tampak dengan bertambah besarnya ukuran tengkorak kepala.
- Organ keindraan berkembang dengan cepat selama masa bayi dan sanggup berfungsi dengan memuaskan sejak bulan-bulan pertama dari kehidupan. Alat indra lainnya yang juga berkembang adalah pendengaran dan penciuman.
- Fungsi-fungsi fisiologis. Masa bayi merupakan masa dasar pembinaan pola-pola seperti makan, tidur, dan buang air harus terbentuk.
- Perkembangan penguasaan otot-otot. Perkembangan penguasaan otot-otot mengikti pola yang jelas dan dapat diduga yang ditentukan oleh hukum arah perkembangan. Menurut hukum ini, penguasaan atau pengendalian otot-otot bergerak melalui tubuh dari arah kepala munuju kaki.[2]
2.
Perkembangan Intelegensi
Sejak
tahun pertama dari usia bayi, fungsi intelegensi sudah mulai tampak dalam
bertingkah lakunya, umpamanya dalam bertingkah laku motorik dan berbicara. Anak
yang cerdas menunjukan gerakan-gerakan lancar, serasi, dan berkoordinasi dan
cepat dalam perkembangan bahasanya. Sedangkan anak yang kurang cerdas,
gerakan-gerakannya kaku, dan kurang terkoordinasi.
Dilihat
dari perkembangan kognitifnya, menurut Piaget, usia bayi (tahun pertama) ini
berada pada periode sensorimotor. Bayi mengenal objek-objek yang berada
disekelilingnya melalui system pengindraan (penglihatan dan pendengaran dan
indra lainnya) serta gerakan motoriknya (refleks, seperti mengenyot dan
menggerakkan kepala ke arah rangsangan). Meskipun ketika baru dilahirkan
seorang bayi sangat bergantung dan tidak berdaya, tetapi sebagian alat-alat
indranya sudah langsung bisa berfungsi seperti mengenyot dan menghisap susu
ibu.
3.
Perkembangan Emosi
Pada
usia 0-8 minggu kehidupan bayi sangat dikuasai oleh emosi (impulsif) dan
emosinya sangat bertalian dengan indrawinya (fisik) dengan kualitas
perasaan; senang dan tidak senang. Misalnya bayi senyum atar tidur pulas kalau
merasa kenyang, hangat, dan nyaman. Dan dia menangis kalau lapar, haus, dingin
atau sakit.
Pada
usia 8 minggu hingga 1 tahun, perasaan psikis sudah mulai berkembang. Anak
tersenyum (senang) jika melihat mainan yang didapatinya, atau melihat orang
yang telah dikenalnya. Dan sebaliknya ia akan tidak senang jika melihat
orang yang tidak dikenalnya atau menangis. Pada fase ini terjadi penguraian
yaitu dari perasaan senang dan tidak senang jasmaniah menjadi perasaan-perasaan
marah, jengkel, terkejut, dan takut.
Pada
usia 1,0 tahun-3,0 tahun gejala-gejala perkembangan emosi bayi adalah sebagai
berikut; 1. Emosinya sudah mulai terarah pada sesuatu (orang, benda, dan
lainnya), 2. sejajar dengan perkembangan bahasa yang sudah dimulai pada
usia 2 tahun maka ia sudah dapat menyatakan perasaannya dengan bahasa. 3.
sifat-sifat perasaan anak pada masa ini adalah labil (mudah berubah) terkadang
menangis tetepi segera tertawa dan mudah terpengaruhi.[3]
4.
Perkembangan Bahasa
Ada
tiga bentuk pra-bahasa yang normal muncul dalam pola perkembangan bahasa, yakni
menangis, mengoceh dan isyarat. Menangis adalah lebih penting karena merupakan
dasar bagi perkembangan bahasa pada bayi. Isyarat dipakai bayi sebagai
pengganti bahasa sedangkan pada orang dewasa isyarat sebagai pelengkap bahasa.
Oleh karena bahasa dipelajari melalui proses meniru maka bayi perlu memperolah
model atau contoh yang baik supaya dapat meniru kata-kata yang baik.
Bahasa
bayi mengalami perkembangan dalam beberapa tahap seiring dengan berkembangnya
intelegensinya, secara umum tahap-tahap bahasa itu antara lain; tahap
permulaan, Stadium Purwoko (6-12 bulan) atau masa meraban yakni tahap
mengeluarkan bermacam-macam suara yang tidak berarti, misalnya ba-ba,
ma-ma.dsb. selanjutnya adalah tahap pertama Stadium Kalimat Satu Kata (12-16
bulan), pada masa ini anak sudah dapat mengucapkan mama, papa, mamam, dsb yang
merupakan sebuah kalimat tetapi tidak lengkap atau single word sentence.
Selanjutnya
adalah tahap Kedua Stadium Nama (16-24 bulan), yang mana anak sudah mulai
timbul kesadaran bahwa setiap orang atau benda mempunyai nama sehingga disebut
Stadium Nama.
5.
Perkembangan Bermain
Bermain
atau setiap kegiatan yang menimbulkan kesenangan, dimulai dalam bentuk
sederhana pada masa bayi. Bermain pada masa ini terutama terdiri dari
gejala-gejala gerakan motorik yang tidak menentu dan perangsangan organ-organ
keindraan. Permainan pada masa bayi bersifat bebas dan spontan yang ditandai
dengan tidak adanya aturan-aturan dan lebih bersifat sendiri daripada dengan
orang lain.
Piaget
menjelaskan bahwa,” bermain terdiri atas tanggapan yang diulang sekedar untuk
kesenangan fungsional”.[4]
Pada masa bayi mencapai usia tiga bulan, umumnya penguasaan tangan telah
sedemikian berkembang dan telah memungkinkan si bayi untuk bermain dengan
boneka atau mainan lainnya. Pada usia dua tahun selanjutnya permainan sudah
mulai teratur dan boneka atau mobil-mobilan dipakai untuk berbagai macam
permainan. Cirri khas nya pada masa ini adalah permainannya banyak melibatkan
berjalan, melempar mainan dan memungutnya kembali.
6.
Perkembangan Kepribadian
Pada
masa ini masih berkembang sikap egosentris (keAkuan). Ini berarti bahwa anak
memandang segala sesuatu dilihat dari sudut pandang sendiri, dan di tujukan
untuk kepentingan dirinya sendiri, tidak menghiraukan kepentingan orang lain.
Ia adalah raja (ratu) yang kebutuhannya harus terpenuhi. Sikap egosentris ini mempengaruhi
sikap sosialnya, seperti, orang sekitarnya harus melayaninya, permintaannya
harus dipenuhi.
Sikap-sikap
yang tampaknya tidak baik ini merupakan pilaku wajar atau normal bagi
perkembangan usia bayi karena masa ini masih sangat rentan dikuasai oleh
nalurinya (bersifat inpulsif), dan kemampuan berpikirnya belum cukup
berkembang. Tugas perkembangan pokok bagi bayi adalah memperoleh
atau mengembangkan sikap percaya dan mengatasi atau menghindari diri dari sikat
tidak percaya tersebut. Ketercapaian sikap tersebut amat
dipengaruhi kondisi lingkungan sekitar. Lingkungan pertama bagi
anak adalah orang tuanya, terutama ibunya. Jika seorang bayi diberi perhatian,
pemeliharaan, pemberian kasih sayang yang cukup seperti senyuman, belaian, maka
cenderung anak akan mengembangkan sikap positif terhadap ibunya dan
lingkungannya. Sikap ini menjadi dasar perkembangan kepribadian anak secara
normal.
7.
Perkembangan Moral
Seorang
anak yang dilahirkan belum memiliki tentang apa yang baik atau tidak baik. Pada
masa ini tingkah laku anak (bayi) hampir semuanya didominasi oleh dorongan
naluriah belaka (impulsive). Oleh karena itu, tingkah laku anak belum bisa
dinilai sebagai tingkah laku bermoral atau tidak bermoral. Pada masa ini anak
cenderung mengulangi perbuatan yang menyenangkan, dan tidak mengulangi
perbuatan yang tidak menyenangkan.
Dengan
melihat kecenderungan prilaku anak tersebut maka untuk menanamkan konsep-konsep
moral pada anak, ada baiknya dilakukan beberapa hal seperti memberi pujian,
ganjaran, atau dicim, dipeluk, dan diberi kata-kata pujian apabila ia melakukan
sesuatu yang baik. Sehingga menjadi faktor penguat agar tindakan baiknya dapat
dilakukan kembali. Dan sebaliknya, memberi ia hukuman atau memberikan sesuatu
yang mendatangkan perasaan yang tidak senang agar ia tidak mengulangi perbuatan
itu lagi.
Jika
perlakuan pada anak dilakukan secara teratur maka akan tertanam pada diri anak
tentang pengertian atau konsep moral. Anak akan mengerti bahwa suatu perbuatan
yang mendapat pujian adalah baik dan perbuatan yang mendapat hukuman adalah
dilarang.
8. Perkembangan Kesadaran Beragama
Menurut
Arnold Gessel, anak pada usia bayi sudah mempunyai perasaan ketuhanan.[5]
Perasaan ini sangat memegang peranan penting dalam diri pribadi anak. Perasaan
ketuhanan pada masa ini adalah fundamen bagi perkembangan perasaan ketuhanan
pada periode selanjutnya. Seiring dengan perkembangan kognisi, emosi, dan
bahasa anak maka untuk membantu perkembangan kesadaran beragamanya, orang tua
sebagai lingkungan pertama seyogyanya melakukan hal-hal seperti, mengenalkan
konsep-konsep atau nilai-nilai agama kepada anak melalui bahasa seperti
membacakan bismillaahirrahmaanirrahim pada saat memulai memberi makan
atau mandi dan membacakan alhamdulillahirabbil’alamin sesudahnya.
Dan pada saat tidurnya hendaknya membiasakan mengucapkan kalimah-kalimah
toyyibah (zikir).
Memperlakukan
anak dengan kasih sayang karena pada usia ini belum berkembang pemahaman kasih
sayang Tuhan. Melalui kasih sayang orang tua nya ia akan percaya pada apa yang
disampaikan kepadanya dan ia akan yakin bahwa agama itu sesuatu yang
menyenangkan. Kemudian memberikan contoh dalam mengerjakan ajaran agama secara
baik dan kontinuitas seperti mengajak sholat berjama’ah berdo’a dan sebagainya.
2.
FASE ANAK-ANAK DAN ASPEK PERKEMBANGANNYA
Periode anak-anak dimulai pada usia
2 tahun sampai usia remaja. Pada umumnya periode ini terdiri atas dua bagian; masa
kanak-kanak dini (2-6 tahun) yang dikenal sebagai usia pra-sekolah, dan masa
akhir kanak-kanak (6-13 tahun pada anak perempuan dan 14 tahun pada anak
laki-laki).[6]
- Masa Kanak-Kanak Dini (usia pra-sekolah)
Masa kanak-kanak dini atau anak usia
pra-sekolah merupakan fase perkembangan individu sekitar 2-6 tahun, ketika anak
mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai perempuan atau laki-laki,
dapat mengatur diriya sendiri dan mengenal bebrapa hal yang dianggap berbahaya.
Secara umum, aspek-aspek perkembangan pada usia anak pra sekolah ini dapat
diuraikan sebagai berikut;
1.
Perkembangan fisik
Perkembangan fisik merupakan dasar bagi
kemajuan perkembangan berikutnya. Seiring meningkatnya pertumbuhan tubuh, baik
menyangkut berat badan dan tinggi, maupun tenaganya, memungkinkan anak untuk
lebih mengembangkan keterampilan fisiknya dan eksplorasi terhadap lingkungan
tanpa bantuan orang tua. Pada usia ini banyak perubahan fisiologis seperti
pernapasan yang menjadi lebih lambat dan dalam serta denyut jantung lebih lama
dan menetap.
Proporsi
tubuh juga berubah secara dramatis seperti pada usia 3 tahun, rata-rata
tingginya sekitar 80-90 cm dan beratnya sekitar 10-13 kg, sedangkan pada usia 5
tahun tingginya dapat mencapai 100-110 cm. Tulang kakinya tumbuh dengan
cepat dan tulang-tulang semakin besar dan kuat, pertumbuhan gigi semakin
komplit. Untuk perkembangan fisik anak sangat diperlukan gizi yang cukup
seperti protein, vitamin, dan mineral dsb.
2.
Perkembangan Intelektual
Menurut Piaget, perkembangan kognitif
pada usia ini berada pada periode preoperasional, yaitu tahapan dimana
anak belum mampu menguasai operasi mental secara logis. Periode ini juga
ditandai dengan berkembangnya representasional atau symbolic function yaitu
kemampuan menggunakan sesuatu untuk mempresentasikan sesuatu yang lain
menggunakan simbol-simbol seperti bahasa, gambar, isyarat, benda, untuk
melambangkan sesuatu atau peristiwa.
Melalui
kemampuan diatas, anak mampu berimajinasi atau berfantasi tentang berbagai hal.
Ia dapat menggunakan kata-kata, benda untuk mengungkapkan lainnya atau suatu
peristiwa.
3.
Perkembangan Emosional
Pada
usia 4 tahun, anak sudah mulai menyadari akunya, bahwa akunya (dirinya) berbeda
dengan Aku (orang lain atau benda). Kesadaran ini diperoleh dari pengalaman
bahwa tidak semua keinginannya dapat dipenuhi orang lain. Bersamaan dengan itu
berkembang pula perasaan harga diri. Jika lingkungannya tidak mengakui harga
dirinya seperti memperlakukan anak dengan keras, atau kurang menyayanginya maka
dalam diri anak akan berkembang sikap-sikap keras kepala, menentang, atau menyerah
dengan terpaksa.
Beberapa
emosi umum yang berkembang pada masa anak yaitu, takut (perasaan terancam),
cemas (takut karena khayalan), marah (perasaan kecewa), cemburu (merasa
tersisihkan), kegembiraan (kebutuhan terpenuhi), kasih sayang (menyenangi
lingkungan), phobi (takut yang abnormal), ingin tahu (ingin
mengenal).
4.
Perkembangan Bahasa
Perkembangan
bahasa anak pra-sekolah, dapat diklasifikasikan kedalam dua tahap (sebagai
kelanjutan dari dua tahap sebelumnya). Masa Ketiga (2,0-2,6 tahun) bercirikan;
a)
anak sudah mulai bisa menyusun kalimat tunggal yang sempurna.
b)
anak sudah mampu memahami memahami tetang perbandingan.
c)
Anak banyak menanyakan tempat dan nama; apa, dimana, darimana, dsb.
d)
Anak sudah mulai menggunakan kata-kata berawalan dan berakhiran.[7]
Tahap
Keempat (2,6-6,0 tahun) bercirikan;
a)
Anak sudah menggunakan kalimat majemuk beserta anak kalimatnya.
b)
Tingkat berpikir anak sudah lebih maju
c)
Anak banyak bertanya tentang waktu, sebab akibat melalui pertanyaan kapan,
mengapa, bagaimana, dsb.
5.
Perkembangan Sosial
Pada
usia anak pra-sekolah (terutama mulai usia 4 tahun), perkembangan sosial anak
sudah tampak jelas, karena mereka sudah mulai aktif berhubungan dengan teman
sebayanya. Tanda-tanda perkembangan sosial pada tahap ini adalah;
a)
Anak mulai mengetahui aturan-aturan (lingkungan keluarga/lingkungan bermain).
b)
Sedikit-sedikit anak sudah mulai tunduk pada peraturan.
c)
Anak makin menyadari akan kepentingan diri dan kepentingan orang lain.
d)
Anak sudah bisa bersosialisasi (bermain) dengan anak-anak yang lain (peer
group)
Perkembangan
sosial anak sangat dipengaruhi oleh iklim sosio-psikologis keluarga. Anak akan
mampu menyesuaikan diri dengan keharmonisan, kerjasama dan berkomunikasi serta
konsisten pada aturan bila lingkungan keluarga bersuasana kondusif.
6.
Perkembangan Bermain
Usia
anak pra-sekolah dapat dikatakan sebagai masa bermain, karena setiap waktunya
diisi dengan kegiatan bermain. Terdapat beberapa macam permainan anak seperti;
a)
Permainan fungsi (permainan gerak),ex: meloncat-loncat, berlarian dsb.
b)
Permainan fiksi, ex: kuda-kudaan, perang-perangan dsb
c)
Permainan reseptif atau apresiatif, ex: mendengar cerita, dongeng dsb
d)
Permainan konstruksi, ex: membuat kue dari tanah, membuat rumah-rumahan
dsb
e)
Permainan prestasi, ex: sepak bola, basket, dsb.
Secara
psikologis dan pedagogis, bermain mempunyai nilai-nilai yang sangat berharga
bagi anak, diantaranya;
a)
Anak memperoleh perasaan senang, puas, bangga dsb
b)
Anak dapat mengembangkan rasa percaya diri, tanggung jawab.
c)
Anak dapat berimajinasi secara luas dan berkreatifitas.
d)
Anak dapat mengenal aturan bermain
e)
Anak dapat memahami bahwa dirinya dan orang lain sama-sama mempunyai kelebihan
dan kekurangan.
f)
Anak dapat mengembangkan sikap sportif, tenggang rasa atau toleransi.
7.
Perkembangan Kepribadian
Masa
anak-anak awal ini lazim disebut masa Trotzalter atau periode perlawanan
atau masa krisis pertama. Krisis ini terjadi karena ada perubahan yang
signifikan dalam dirinya, yaitu dia mulai sadar akan Aku-nya, dia menyadari
bahwa dirinya terpisah dari lingungannya atau orang lain, dia suka menyebut
nama dirinya apabila bericara dengan orang lain. Dengan kesadaran ini anak
menemukan bahwa ada dua pihak yang berhadapan yaiu Aku-nya dan orang lain
(orang tua, saudara, teman). Dia sadar bahwa tidak semua keinginannya akan
dipenuhi orang lain atau diperhatikan kepentingannya.
Pertentangan
didalam diri anak ini dapat menyebabkan ketegangan sehingga tidak jarang anak
meresponsnya dengan sikap membandel atau keras kepala. Bagi usia anak, sikap
membandel ini merupakan suatu kewajaran, karena perkembangan pribadi mereka
sedang bergerak dari sikap dependen (membutuhkan perawatan) ke independent
(bebas). Oleh karena itu agar tida berkembang sikap membandel anak yang kurang
terkontrol orang tua harus menghadapinya secara bijaksana dan penuh kasih
sayang.
8.
Perkembangan Moral
Pada masa ini, anak sudah memiliki dasar
tentang sikap moralitas terhadap kelompok sosialnya (orang tua, saudara, dan
teman sebaya) melalui pengalaman berinteraksi dengan orang lain. Melalui
proses berinteraksi ini anak belajar memahami tentang kegiatan atau prilaku
yang baik, buruk, dilarang, disetujui, dsb. Maka berdasarkan pemahaman iti,
anak harus senantiasa dilatih dan dibiasakan bagaimana seharusnya bertingkah
laku yang baik.
Pada
saat mengenalkan konsep-konsep baik buruk, benar salah, orang tua hendaknya
memberikan penjelasan tentang alasannya, seperti; mengapa harus gosok gigi
sebelum tidur, mengapa harus mencuci tangan sebelum makan, mengapa tidak boleh
membuang sampah sembarangan. Hal ini diharapkan akan mengembangkan self-control
atau self discipline (kemampuan mengendalikan diri) pada anak.
Pada usia pra-sekolah berkembang kesadaran sosial anak yang meliputi sikap simpati
atau sikap kepedulian terhadap sesama.
9.
Perkembangan Kesadaran Beragama
Secara umum, kesadaran beragama pada usia
ini ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut ;
a)
Sikap keagamaannya masih bersifat reseptif (menerima) meski banyak bertanya.
b)
Pandangan keTuhanannya bersifat anthropormorph
(dipersonifikasikan).
c)
Penghayatan secara rohaniah masih superficial
(belum mendalam) meski telah ikut berpartisipasi dalam beribadah.
d)
Hal keTuhanan dipandang secara khayalan
sesuai taraf berpikirnya.
Pengetahuan
anak tentang agama akan terus berkembang ketika mendengarkan ucapan-ucapan
orang tuanya, melihat sikap dan prilaku orang tuanya saat beribadah, serta
pengalaman dalam mengikuti ibadah dan meniru ucapan orang tuanya.
B.
Masa Anak Sekolah ( usia sekolah dasar)
1.
Perkembangan Intelektual
Pada
usia sekolah dasar (6-12 tahun), anak sudah dapat mereaksi rangsangan
intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menurut kemampuan
intelektual atau kemampuan kognitifnya (membaca, menulis, menghitung). Pada
masa pra-sekolah pola pikirnya masih bersifat imajinatif (khayalan), sedangkan
pada masa sekolah dasar daya pikirnya sudah merujuk kepada hal-hal yang
bersifat kongkrit dan rasional. Piaget menamakannya sebagai masa operasi
kongkrit, masa berakhirnya berpikir khayal dan mulai berpikir nyata.
Periode
ini ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru yakni;
mengklasifikasikan, menghubungkan angka-angka. Kemampuan menghitung, menambah,
mengurangi. Kemampuan selanjutnya anak sudah bisa memecahkan masalah yang
sederhana.
Kemampuan
intelektual anak pada masa ini sudah cukup untuk menjadikan dasar diberi
berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan daya pikir dan daya nalarnya
seperti, membaca, menulis, dan berhitung seta diberi pengetahuan tentang
manusia, hewan, alam serta lingkungan.
2.
Perkembangan Bahasa
Bahasa
adalah sarana komunikasi dengan orang lain. Usia sekolah dasar merupakan masa
berkembang pesatnya kemampuan mengenal, dan menguasai vocabulary atau
perbendaharaan kata. Terdapat dua faktor yang memengaruhi perkembangan bahasa
yaitu;
a)
Proses jadi matang, dengan kata lain anak
itu menjadi matang (organ suara sudah berfungsi) untuk berkata-kata.
b)
Proses belajar, yang berarti anak telah matang
untuk berbicara lalu mempelajari bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi
atau meniru ucapan yang didengarnya.
Kedua
proses ini berlangsung sejak masa bayi dan kanak-kanak, sehingga pada usia anak
memasuki usia sekolah dasar, sudah sampai pada tingkat dapat membuat kalimat
yang lebih sempurna, dapat membuat kalimat majemuk dan dapat menyusun dan
mengajukan pertanyaan. Disekolah sengaja diberi pelajaran bahasa untuk menambah
menambah perbendaharaan katanya serta mengajar menyusun struktur kalimat, pribahasa,
kesusastraan dan keterampilan mengarang. Hal ini dilakukan diharapkan pesrta
didik dapat menguasai dan mempergunakan bahasanya dengan baik.
3.
Perkembangan Sosial
Maksud
perkembangan sosial ini adalah pencapaian kematangan dalam hubungan interaksi
sosial. Dapat dikatakan sebagai proses belajar penyesuaian diri terhadap
norma-norma kelompok, tradisi dan moral. Perkembangan sosial anak sekolah dasar
ini ditandai dengan adanya perluasan hubungan, baik hubungan keluarga, teman
sebaya, atau lingkungan sekolah. Pada fase ini, anak mulai memiliki kesanggupan
menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap kooperatif (kerja sama)
atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain). Anak merasa
senang jika ia diterima dalam suatu kelompok dan merasa tidak senang jika ia
ditolak dalam kelompoknya.
Berkat
perkembangan sosialnya ini anak dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok
teman sebayanya maupun lingkungan sekitarnya. Dalam proses belajar disekolah,
kematangan perkembangan sosialnya ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan
memberikan tugas-tigas kelompok baik secara fisik maupun tugas yang membutuhkan
pikiran.
4.
Perkembangan Emosi
Menginjak
usia anak sekolah, anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar
tidaklah diterima dimasyarakat. Oleh karena itu ia mulai belajar untuk
mengendalikan dan mengontrol emosinya. Kemampuan control ini diperoleh melalui
peniruan dan latihan-latihan (pembiasaan). Apa bila anak dikembangkan dalam
lingkungan yang suasananya stabil, maka perkembangan emosi anak cenderung
stabil dan sebaliknya.
Emosi-emosi
yang secara umum dialami pada tahap perkembangan usia sekolah ini adalah marah,
takut, cemburu, iri hati, kasih sayang, rasa ingin tahu, dan kegembiraan
(senang, nikmat, bahagia). Emosi merupakan faktor dominan yang memengaruhi
tingkah laku, dalam hal ini tingkah laku belajar. Emosi yang positif, akan
memengaruhi individu untuk mengonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas
belajar, seperti memperhatikan penjelasan guru, membaca, berdiskusi dsb. Dan sebaliknya,
apabila yang menyertai proses itu emosi yang negatif, maka proses belajar akan
terganggu dalam arti individu tidak bisa memustkan perhatiannya untuk belajar.[8]
5.
Perkembangan Moral
Anak
mulai mengenal konsep moral (mengenal benar dan salah) pertama kali dari
lingkungan keluarga. Usaha menanamkan konsep moral sejak dini adalah keharusan
karena informasi yang diterima anak mengenai benar salah, baik buruk, akan
menjadi pedoman pada tingkah lakunya dihari kemudian. Pada usia sekolah dasar
ini anak sudah dapat mengikuti pertautan atau tuntunan dari orang tua atau
lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini anak sudah dapat memahami alasan yang
mendasari suatu peraturan.
Dismping
itu anak sudah dapat mengasosiasikan setiap bentuk prilaku dengan konsep benar
salah. Misalnya ia memandang bahwa perbuatan nakal atau dusta dan tidak hormat
pada orang tua adalah perbuatan yang salah. Sedagkan perbuatan jujur, adil, dan
sikap hormat kepada orang tua dan guru merupakan suatu yang benar.
6.
Perkembangan Motorik
Seiring
dengan perkembangan fisiknya yang beranjak matang, maka perkembangan motorik
anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakannya sudah selaras
dengan kebutuhannya. Pada fase ini ditandai dengan kelebihan gerak atau
aktivitas motorik yang lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang
ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik ini, seperti
menulis, menggambar, melukis, mengetik, berenang dsb.
Perkembangan
fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses
belajar, baik di bidang pengetahuan maupun keterampilan. Oleh karena itu
perkembangan motorik sangat menunjang keberhasilan belajar pserta didik. Pada
usia sekolah dasar kematangan perkembangan motorik ini pada umumnya dicapai,
karena mereka sudah siap menerima pelajaran keterampilan.
7.
Perkembangan Keagamaan
Pada masa ini, perkembangan penghayatan
keagamaannya ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut;
- Sikap keagamaan bersifat reseptif disertai dengan pengertian
- Pandangan keagamaannya diperoleh secara rasional berdasarkan kaidah-kaidah logika pada indikator alam semesta sebagai ciptaan Tuhan.
- Penghayatan secara rohaniah mulai mendalam, pelaksanaan kegiatan ritual diterimanya sebagai keharusan moral.
Kualitas
keagamaan anak akan sangat dipengaruhi oleh proses pembentukan atau pendidikan
yang diterimanya. Berkaitan dengan hal tersebut, pendidikan agama disekolah
dasar mempunyai peranan penting. Oleh karena itu pendidikan agama di
sekolah dasar harus menjadi perhatian semua pihak. Senada dengan paparan
tersebut Zakiah Darajat mengemukakan bahwa pendidikan agama di sekolah dasar
merupakan dasar bagi pembinaan sikap positif terhadap agama dan membentuk
pribadi dan akhlak anak
KESIMPULAN
Ada berbagai kebutuhan anak yang perlu
diperhatikan oleh setiap orang tua. Masing-masing kebutuhan tersebut berbeda
sejalan dengan pertumbuhan anak sejak bayi sampai dewasa. Dengan demikian,
orang tua harus memahami ciri-ciri dari setiap fase pertumbuhan anak agar dapat
memperlakukannya sesuai dengan kebutuhan mereka.
Secara
ringkas akan disimpulkan ciri-ciri dari masing-masing usia pertumbuhan anak;
- Masa Bayi
Sikap
orang tua pada saat anak dalam kandungan ikut mempengaruhi jiwa anak. Demikian
pula kesehatan ibu saat hamil mempengaruhi sikapnya terhadap bayi yang
akan lahir itu. Andaikata ibu memiliki sifat yang buruk maka ia tidak akan
memberikan perhatian yang baik pada anaknya. Sikap tersebut menyebabkan si bayi
tidak mendapat kasih sayang. Sehingga bibit kepribadiannya kekurangan satu
unsur penting dalam pertumbuhannya.
- Masa Kanak- Kanak
Masa
ini berkisar antara 2-6 tahun. Pada masa ini anak sangat sensitif, ia dapat
merasakan apa yang terkandung dalam hati bapak ibunya. Ia sangat membutuhkan
kasih sayang ibunya yang sungguh-sungguh. Ia suka meniru dan melakukan apa yang
terlihat. Ia ingin meniru ibunya menyapu, menggendong atau yang lainnya. Jika ia
laki-laki ia suka meniru apa yang dilakukan oleh ayahnya.
Lingkungan
anak pada usia ini lebih meluas meski masih terpusat pada orang tuanya.
Andaikan adiknya lahir maka ia merasa terabaikan sehingga ia akan melakukan
hal-hal yang dapat merebut perhatian orang tuanya baik dengan menggangu adiknya
jika ibu tidak menjaga perasaannya. Anak akan rewel atau menangis, dan sering
melakukan tindakan negatif. Penderitaan batin si anak akan membawa pengaruh
dalam hidupnya.
- Anak-Anak Masa Sekolah
Pengalaman
pertama yang sangat berat bagi si anak adalah mulai belajar berdisiplin di
sekolah dan harus patuh peraturan. Bagi anak yang senantiasa mendapat perhatian
lebih dirumah maka pengalaman sekolah bukan hal yang menyenangkan. Apalagi guru
yang tidak memberikan perhatian peralihan maka akan mempengaruhi sikap si anak
seterusnya terhadap sekolah. Orang tua juga hendaknya memberikan dorongan moril
kepada anak untuk bersekolah dan belajar. Hal itu akan menambahkan sesuatu
dalam pertumbuhannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar