Kamis, 03 Januari 2013

artikel paud

Penyebab cadel dan cara mengatasinya

1. Kurang matangnya koordinasi bibir dan lidah.
Kemampuan mengucapkan kata-kata, vokal dan konsonan secara sempurna, sangat bergantung pada kematangan sistem saraf otak, terutama bagian yang mengatur koordinasi motorik otot-otot lidah. Untuk mengucapkan konsonan tertentu, seperti R, diperlukan manipulasi yang cukup kompleks antara lidah, langit-langit, dan bibir.

Cara mengatasi:
Orangtua harus meluruskan dengan cara menuntun anak melafalkan ucapan yang benar. Tetapi ingat, orangtua tak boleh memaksakan anak harus langsung bisa, apalagi jika saat itu belum tiba waktu kematangannya untuk mampu melakukan hal tersebut. Pemaksaan hanya membuat anak jadi stres, sehingga akhirnya dia malah mogok berusaha meningkatkan kemahiran berbahasanya. Lakukan pula kerja sama dengan guru, sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih maksimal.

2. Kelainan fisiologis.

Cadel yang disebabkan kelainan fisiologis, jumlahnya sangat sedikit. Penyebabnya dibedakan menjadi 3 yakni:

* Gangguan pada bagian pendengaran.
Gangguan ini dapat berupa adanya kerusakan atau ketidaksempurnaan pada organ-organ yang terdapat di telinga, sehingga bisa memengaruhi pendengaran. Akibatnya, informasi yang diperoleh tidak lengkap sehingga berdampak pada daya tangkap dan tentunya juga memengaruhi kemampuan berbicaranya.

* Gangguan pada otak.
Ada beragam yang dapat dikategorikan sebagai gangguan pada otak. Di antaranya adalah perkembangan yang terlambat, atau karena penyakit yang diderita seperti radang selaput otak, atau kejang terus-menerus. Beragam gangguan ini dapat menyebabkan gangguan pada fungsi otak sehingga berdampak pada gangguan bicara. Salah satunya adalah cadel.

* Gangguan di wilayah mulut.
Gangguan ini disebabkan adanya kelainan pada organ-organ di mulut (langit-langit, lidah, bibir, rahang, dan lain-lain). Misal, bibir sumbing, langit-langitnya terlalu tinggi, lidah yang terlalu pendek, rahang yang terlalu lebar, terlalu sempit, atau memiliki bentuk yang tidak proporsional. Namun umumnya kelainan pada organ mulut ini sangat jarang terjadi.

Cara mengatasi:
Kelainan fisiologis dapat diatasi, tergantung berat ringan penyebabnya. Umumnya bila penyebabnya termasuk katagori berat, maksudnya penyakitnya tak dapat disembuhkan atau kelainan organnya tak dapat dikoreksi, maka bisa menjadi cadel yang menetap. Namun bila tergolong ringan, maka cadelnya tidak menetap.

3. Faktor lingkungan.

Misal, karena meniru orangtuanya. Banyak orangtua yang menanggapi cadel anaknya dengan kecadelan pula. "Jangan naik pagel (pagar, Red)." Akibatnya, malah bisa membuat anak jadi terkondisi untuk terus bicara cadel. Padahal saat anak belajar berbicara, ia bisa mengucapkan suatu kata tertentu karena meniru. Nah, kalau orangtua atau orang-orang yang berada di lingkungan terdekatnya berkata cadel, ia akan berpikir, itulah yang benar. Jadilah ia cadel sungguhan. Begitu juga jika ayah atau ibunya cadel (sungguhan). Kemungkinan, anak tak pernah mendengar dan belajar bagaimana seharusnya mengucapkan konsonan tertentu.

Cara mengatasi:
Orangtua harus menghentikan kebiasan berkata cadel dan melakukan koreksi. Amati dengan jeli. Contoh, bila hari ini bisa namun keesokan harinya tidak bisa, maka tugas orangtua segera mengoreksi dengan menyebutkan yang sebenarnya. Mintalah kepada anak untuk mengulanginya beberapa kali. Namun, jangan memaksa. Berikan penghargaan bila ia kembali mampu mengucapkannya dengan baik. Jika orangtua memang cadel, mintalah orang-orang yang berada di lingkungan terdekat untuk memberikan stimulasi kepada anak.
4. Faktor psikologis.
Contoh, untuk menarik perhatian orangtuanya karena kehadiran adik. Yang semula tidak cadel, tiba-tiba menjadi cadel karena mengikuti gaya berbicara adiknya.

Cara mengatasi:
Orangtua harus menunjukkan bahwa perhatian kepadanya tidak akan berkurang karena kehadiran adik. Selain itu, orangtua juga harus terus mengajak anak bicara dengan bahasa yang benar, jangan malah menirukan pelafalan yang tidak tepat.

MENCEGAH CADEL

Demi menghindari timbulnya cadel, rajin-rajinlah memberikan stimulasi pengucapan yang benar. Paling lambat saat anak berusia 2 tahun. Jangan gunakan bahasa dengan pengucapan yang cadel. Jangan mengganti bunyi "s" dengan "c" atau "r" dengan "l", dan lain-lain.

Jangan pula menghilangkan konsonan tertentu dalam berbicara. Ini kerap dilakukan tanpa disadari oleh orang dewasa dengan alasan memudahkan. Yang paling sering adalah konsonan "R", semisal "pergi" jadi "pegi" atau "es krim" jadi "ekim". 

Sumber : http://catatansyaliskecil.blogspot.com/2012/03/penyebab-cadel-dan-cara-mengatasinya.html#more
Ada beragam variasi cadel pada anak. Ada yang menyebut “r” jadi “l”, “k” jadi “t”, “k” jadi “d”, atau “s” dengan “t” sering terbalik-balik. Tetapi tiap anak variasinya berbeda-beda. Jadi yang dimaksud dengan cadel adalah kesalahan dalam pengucapan. Memang, semestinya pada rentang usia prasekolah, anak sudah bisa mengucapkan seluruh konsonan dengan baik. Sebab menginjak usia 3-4 tahun, otot-otot lidahnya mulai matang. Hanya saja, perkembangan setiap anak berbeda. Jadi wajar meski usianya sama, tapi masih ada anak yang cadel. Sayangnya, cukup sulit mendeteksi, apakah kecadelan di usia 3-5 tahun akan berlanjut terus atau tidak. Karena menyangkut sistem saraf otak yang mangatur fungsi bahasa, yakni area broca yang mengatur koordinasi alat-alat vokal dan area wernicke untuk pemahaman terhadap kata-kata. Kurang Matangnya Koordinasi Bibir dan Lidah Kemampuan mengucapkan kata-kata, vokal dan konsonan secara sempurna, sangat bergantung pada kematangan sistem saraf otak, terutama bagian yang mangatur koordinasi motorik otot-otot lidah. Untuk mengucapkan konsonan tertentu, seperti “r”, diperlukan manipulasi yang cukup kompleks antara lidah, langit-langit, dan bibir. Cara mengatasi : Orangtua harus meluruskan dengan cara menuntun anak melafalkan ucapan yang benar. Tetapi ingat, orang tua tidak boleh memaksakan anak harus langsung bisa, apalagi jika saat itu belum tiba waktu kematangannya untuk melakukan hal tersebut. Pemaksaan hanya akan membuat anak jadi stres sehingga akhirnya dia malah mogok berusaha meningkatkan kemahiran berbahasanya. Lakukan pula kerjasama dengan guru sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih maksimal. Faktor Lingkungan Banyak orang tua yang menanggapi cadel anaknya dengan kecadelan pula. Akibatnya malah bisa membuat anak jadi terkondisi untuk terus bicara cadel. Padahal saat anak belajar berbicara, ia bisa mengucapkan suatu kata tertentu karena ia meniru. Nah kalau orang tua atau orang-orang yang berada di lingkungan terdekatnya berkata cadel, ia akan berpikir, itulah yang benar. Jadilah ia cadel sungguhan. Begitu juga jika ayah atau ibunya cadel (sungguhan). Kemungkinan, anak tak pernah mendengar dan belajar bagaimana seharusnya mengucapkan konsonan tertentu. Cara mengatasinya : Orang tua harus menghentikan kebiasaan berkata cadel dan melakukan koreksi. Amati dengan jeli. Bila hari ini bisa namun besok harinya tidak bisa, maka tugas orang tua segera mengoreksi dengan menyebutkan yang sebenarnya. Mintalah kepada anak untuk mengulanginya beberapa kali. Namun jangan memaksa. Berikan penghargaan bila ia kembali mampu mengucapkannya dengan baik. Jika orang tua memang cadel, mintalah orang-orang yang berada di lingkungan terdekat untuk memberikan stimulsi kepada anak. Faktor Psikologis Untuk menarik perhatian orang tuanya karena kehadiran adik. Yang semula tidak cadel, tiba-tiba menjadi cadel karena mengikuti gaya berbicara adiknya. Cara mengatasi : Orang tua harus menunjukkan bahwa perhatian kepadanya tidak akan berkurang karena kehadiran adik. Selain itu, orang tua juga harus terus mengajak anak bicara dengan bahasa yang benar, jangan malah menirukan pelafalan yang tidak tepat.

Sumber: http://www.sidoharjo.com/id-keluarga/penyebab-cadel-dan-cara-mengatasinya.html
© Sidoharjo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar